Selasa, 24 Maret 2015

Sertifikasi Guru Kurang Jam Mengajar Menjadi Kordinator Perpustakaan Sekolah

Kapankah Perpustakaan di Indonesia bisa maju ?

Sementara dana BOS yang terdiri beberapa item hampir tidak menyentuh Perpustakaan. Bacaan maupun fasilitas tidak terpikirkan, hanya buku paket yang digelontorkan tiap tahun. Sementara penggunaan buku paketpun hampir tidak pernah

Seringkali ruang perpustakaan jadi gudang buku, dan tempat penitipan anak yang nakal, jam kosong, bahkan penitipan anak yang dikarenakan guru malas untuk mengajar. Tenaga perpustakaan seringkali harus jadi Pustakawan dan juga jadi inang pengasuh anak yang berkeliaran.

Situasi semacam inipun belum pernah tersentuh oleh pemerintah, dinas pendidikan , pengawas sekolah tidak memonitor perpustakaan sekolah , maupun pihak sekolah terutama kepala sekolah. Dari beberapa teman tenaga perpustakaan yang saya jumpai disekitar saya banyak yang bilang keadaannya sama saja. Mereka cuma mengeluh tanpa bisa berucap, karena keadaan yang tidak mungkin untuk diperhatikan.



Pustakawan sebenarnya tidak punya waktu luang, kalau benar-benar proses dan prosedur Perpustakaan dijalankan dengan didukung dengan banyak aplikasi dan program kerja dari kepala sekolah.
Kita bisa lihat proses pengolahan buku, dari datang sudah mulai memilah-milah, memasukkan ke buku induk, menjilid,menyetempel, mengklasifikasikan, menyampul, sampai akhirnya mendistribusikan ke rak-rak.

Namun kenyataannya tenaga mereka hanya dianggap isapan jempol saja oleh pihak sekolah dan juga pemerintah. Seharusnya Kemendiknas memikirkan dan memberi aturan yang jelas tentang perpustakaan dan pustakawannya.

Bahkan saat ini seiring munculnya sertifikasi guru, koordinator Perpustakaan juga telah diserobot oleh guru yang notabene kekurangan jam mengajar. Hak pustakawan sudah hilang, sedangkan yang menjadi koordinator hanya mencari SK ( SK Surat keputusan ) dan tunjangannya saja.Mereka hanya mau dianggap di SK dan mendapatkan tunjangan sertifikasi tapi tidak mau melakukan kerja perpustakaan misal mengolah buku atau melayani siswa di dalam perpustakaan.

Kekawatiran saya nasib perpustakaan yang akan datang jika tidak ditangani secara serius akan jadi hancur dan tenggelam karena ambisi masalah tunjangan sertifikasi.
Mudah- mudahan saja dimasa yang akan datang perpustakaan jadi Jantungnya Pendidikan tidak Jadi Lahan Rebutan Untuk Mencari Keuntungan Jam Fiktif Penunjang Sertifikasi Guru.

Semoga Para Pustakawan tetap Tabah menghadapi situasi yang berkembang saat ini. Salam Pustakawan
Ditulis Oleh Supriyono

2 komentar:

  1. saya sudah 5 tahun menjadi tenaga yang bertugas di perpustakaan, memang keadaan nyata persis seperti yang bapak tulis.

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar , kritik , & saran

Cari Artikel

Artikel Terbaru , Baca aja

Arsip Blog

Menyenangkan